Republik Demokratik Timor Leste adalah Negara anggota ASEAN termuda. Negara kecil yang terletak di timur provinsi Nusa Tenggara Timur Negara Indonesia. Negara Timor Leste tidak asing untuk negara Indonesia, karena Timor Leste dahulunya salah satu provinsi di Indonesia, provinsi ke 27. Sebelum bergabung dengan Indonesia, Timor Leste merupakan wilayah jajahan Negara Portugis.
Tahun 1975 terjadi perang saudara di Timor Leste yang menyebabkan banyak jatuh korban warga sipil, sedangkan pemerintah Portugis tidak mau ikut membantu, sehingga masyarakat menginginkan bergabung dengan Negara Indonesia tanggal 17 Juni 1976 tepatnya. Namun, tahun 1999, terjadi pergolakan di Timor Leste, disaat pemerintah Indonesia sedang mengalami krisis moneter yang begitu parah. Ssaat itu, rakyat Timor Leste meminta referendum yang diadakan oleh PBB, terjadi kerusuhan besar-besaran antara pro kemerdekaan dan anti kemerdekaan dan hasilnya sebagian besar rakyat Timor Leste meminta memerdekakan diri dari Indonesia. Secara resmi tanggal 20 Mei 2002, Timor Leste memisahkan diri dari Negara Indonesia, mendeklarasikan menjadi Republik Demokratik Timor Leste dengan presiden Xanana Gusmao dan diakui dunia.
Sekarang, setelah hampir 10 tahunan Negara ini merdeka, Negara Timor Leste semakin menata diri, semakin berkembang, dan semakin aktif ikut pergaulan internasional. Negara Timor Leste belajar menjadi Negara mandiri, walaupun Timor Leste sedikit memiliki sumberdaya alam. Banyak mahasiswa-mahasiswa asal Timor Leste disekolahkan di Indonesia, di Universitas-universitas unggulan, yang diharapkan jika mereka lulus dapat kembali ke Timur Leste dan membangun negerinya.
Republik Demokratik Timor Leste semakin memantapkan diri sebagai Negara berdaulat, dan bergaung menjadi Negara anggota ASEAN.
A. Keadaan Fisik Negara Republik Demokratik Timor Leste
Secara astronomis, Timor Leste terletak antara 8°LS - 10°LS dan 124°BT - 127°30’BT. Ibukotanya adalah Kota Dilli.
Luas Timor Leste kurang lebih 15.007 km². Wilayahnya berada di bagian timur Pulau Timor. Batas-batas geografis wilayah Timor Leste,
Sebelah utara : Laut Banda dan Selat Wetar
Sebelah selatan : Laut timor
Sebelah barat : Indonesia
Sebelah timur : Laut Arafuru
Timor Leste beriklim tropis dan umumnya panas dan lembab. Terdapat dua musim yaitu musim panas dan musim hujan. Jika musim hujan, hujan yang turun akan sangat deras, dan jika kemarau, akan sangat jarang tururn hujan.
Dari prospektif topografis, wilayah Timor-Timur sebagian besar terdiri dari daerah-daerah pegunungan yang membentang dari timur ke barat. Bentangan-bentangan pegunungan ini ada kalanya terputus, sehingga membentuk lembah-lembah serta jurang-jurang yang curam dan amat dalam. Kemudian, ditengah-tengahnya mengalir sungai-sungai kecil yang sangat mempersulit transportasi. tanahnya amat banyak mengandung kapur, karang, tanah liat yang pekat, dan pasir serta cuma sedikit yang tergolong tipe tanah vulkanik. Di Timor-Timur, terdapat 7 buah gunung yang ketinggiannya lebih dari 2.000 meter. Di Kabupaten Ainaro, terdapat Gunung Tatamailau (2.495 m), dan Gunung Usululi (2.620 m).
Di Kabupaten Ermera terdapat Gunung Hatupai (2.293 m), Gunung Laclo (2.050 m). Di Kabupaten Baucau dengan Kabupaten Lautem terdapat Gunung Matebian (2.373 m). Di Timor-Timur terdapat 122 aliran sungai yang dapat dikelompokkan menjadi dua buah wilayah aliran sungai (WAS), yaitu WAS yang bermuara di utara dan WAS yang bermuara di selatan. WAS utara bermuara di pantai utara meliputi sungai Tono, Loes, Comoro, Laclo, Laleia, Vemasse, Seical, Larat, Semo Malai. WAS selatan yang bermuara di pantai selatan antar lain : Tafara, Laomea, Molo, Beluli, Sui, Cakie, Clere, Sahen, Luca dan Tucu. Dari beberapa sungai yang ada, terdapat sungai yang hampir sepanjang tahun airnya mengalir, walaupun dengan debit air yang relatif kecil, yaitu sungai Laclo di Kabupaten Manatuto, sungai Seical di Kebupaten Baucau, sungai Bulolo, Marobo, Malibaka, dan Nunura/Babae di Kabupaten Bobonaro, sungai Gleno di Kabupaten Emera, sungai Karau Ulun di Kabupaten Viqueque, sungai Loes di Kabupaten Liquica dan sungai Tono di kabupaten Ambeno.
Pada musim hujan aliran sungai berpindah-pindah dan bahkan sering menimbulkan banjir. Sedangkan pada musim kemarau, airnya menyusut bahkan ada yang kering. Sungai yang berair sepanjang tahun hampir seluruhnya bermuara di pantai selatan, kecuali sungai Tono, Loes, Laclo, dan Seical yang bermuar di pantai utara. Di beberapa Kabupaten terdapat danau antara lain : Bemalai di kabupaten Bobonaro, Maubara di Kabupaten Liquica, Lihumo di Kabupaten Ermera, Seloi di Kabupaten Aileu, Uelenas, Modo Mahut di Kabupaten manufahi, Gassilasi di Kabupaten Baucau, Iraralaro di Kabupaten Lautem dan Tasi Tolu di Kabupaten Dili. Di Timor-Timur pada umumnya tergolong iklim tropis dengan suhu minimum 18°C - 21°C, sedangkan suhu tertinggi bervariasi antara 26°C - 32°C.
Di bagian utara sampai ke Baucau, musim hujan pada bulan Februari-Maret, dan pada umumnya diikuti angin barat (muson). Bulan Mei dan November merupakan masa peralihan. Bulan Agustus- September merupakan musim kemarau.
Berbeda keadaannya di daerah ujung timur dan selatan, musim hujan turun pada pertengahan bulan Mei tahun berikutnya. Bulan Mei merupakan musim kemarau dan awal Juni sampai Agustus musim hujan kembali. Apabila di Australia sedang musim dingin (Agustus-Oktober), kadang-kadang suhu di Timor-Timur turun sampai 18°C. Begitu pula sebaliknya, apabila di Australia sedang musim panas, didaerah pesisir, suhu menjadi tinggi walaupun sedang musim hujan. Selain itu terdapat perbedaan suhu udara yang menyolok antar daerah pesisir dan daerah pedalaman.
Rata-rata curah hujan relatif rendah (1.200-1.500 mm/tahun) dengan rata-rata 80-90 hari hujan per tahun, dengan catatan, di bagian selatan dan ujung timur dapat dua kali musim hujan dalam satu tahun. Di panti utara curah hujan rata-rata 500-1.000 mm per tahun, di daerah pegunungan sekitar Ainaro, Same, Lolotoi dan Soibada rata-rata 2.500-3.000 mm per tahun. Sedangkan di daerah pantai selatan rata-rata 1.500-2.000 mm per tahun.Sepanjang tahun, keadaan laut di sekitar pantai utara pada umumnya terang, berbeda dengan pantai selatan yang hampir selalu bergelombang besar, terlebih pada musim angin barat. Keadaan topografi dan iklim seperti telah diuraikan diatas, akan mempengaruhi potensi sumber daya alam di Timor-Timur, dan akan berpengaruh terhadap kegiatan sosial ekonomi.
Kaitan Tektonika dan Keberadaan Batuan Metamorf di Pulau Timor
Metamorfisme di Pulau Timor terjadi melalui serangkaian tahapan yangdikontrol oleh tektonisme. Evolusi tektonisme dari Zona Subduksi Flores-Wetar menjadizona tumbukan antara Zona Subduksi Flores-Wetar dan Lempeng Kontinen Australia,membentuk lingkungan tekanan dan temperatur metamorfisme pada fasies skiss hijauhingga amfibolit. Produk batuan hasil metamorfisme pada Formasi Aileu dan KompleksMutis-Lolotai menunjukkan perbedaan protolith. Batuan metamorf juga ditemukandalam massa yang kecil pada Kelompok Palelo
Batuan Metamorf pada Pulau Timor terdapat pada Formasi Aileu (Milsom, 2000;Prasetyadi & Harris, 1996) dan Kompleks Mutis-Lolotoi (Milsom, 2000; Harris, 2006;Standley & Harris, 2009). Batuan Metamorf pada Formasi Aileu terdiri atas batuanmetasedimen dan metaigneous (Prasetyadi & Harris, 1996). Batuan Metasedimen mencakup, slate, filit, skiss, dan marmer, sedangkan batuan metaigneous meliputimetabasal, metagabbro, batuan ultramafik yang tersepentisasi (Prasetyadi & Harris,1996). Batuan metamorf pada Kompleks Mutis-Lolotoi, terdiri atas batuan skiss biru,skiss hijau, amfibolit, filit grafitik, skiss mika-kuarsa, gneiss amfibolit, skiss amfibolit,gneis pelitik garnet dan skiss pelitik garnet, serpentinit, serta tektonik peridotit (Harris,2006; Standley & Harris, 2009). Tektonika berkaitan erat dengan pembentukan batuan metamorfik padaFormasi Aileu dan Kompleks Mutis-Lolotoi (Harris, 2006; Prasetyadi & Harris, 1996;Standley & Harris, 2009).
B. Keadaan Sosial Ekonomi Negara Republik Demokratik Timor Leste
Jika dilihat dari segi etnografi, penduduk Timor Leste secara umum masuk dalam kategori ras Australoid (ras Australoid adalah nama ras manusia yang mendiami bagian selatan negara India, Sri Lanka, beberapa kelompok di Asia Tenggara, Papua, kepulauan Melanesia dan bangsa Aborigin di Australia) dan “ras/geografi” Melanesia (kata “melanesia” dari bahasa Yunani "pulau hitam" adalah sebuah wilayah yang memanjang dari Pasifik bagian barat sampai ke Laut Arafura, utara dan timur laut Australia. Istilah ini pertama kali digunakan olehJules Dumont d'Urville pada 1832 untuk menunjuk ke sebuah etnis dan pengelompokan pulau-pulau yang berbeda dari Polinesia danMikronesia. Sekarang ini, klasifikasi rasial d'Urville dianggap tidak tepat sebab dia menutupi keragaman budaya, linguistik, dan genetik Melanesia dan saat ini hanya digunakan untuk penamaan geografis saja).
Selanjutnya, ras tersebut terbagi dalam beberapa suku bangsa seperti suku bangsa Kemaq, Bunaq, Tetun, Mambai, Makasae, Fataluku, dan sebagainya. Ini belum ditambah dengan etnik bangsa pendatang baru lain seperti bangsa China, Arab, India, Jawa, Sulawesi, serta etnik keturunan Eropa. Semua suku bangsa tersebut menggunakan bahasanya masing-masing, dan juga tradisi atau adat-istiadat masing-masing. Keanekaragaman ini, pada akhirnya juga turut mempengaruhi tingkat perkembangan intelektual (kehidupan sosial) komunitasnya; dapat menjadi sumber malapetaka; namun dapat pula dijadikan sebagai modal dasar bagi pembangunan dan kemajuan rakyat Timor Leste ke depan.
Sejalan dengan migrasi orang Austronesia tersebut, dikenallah oleh penduduk di Pulau Timor mengenai teknik bercocok tanam, peternakan hewan kerbau, dan penggunaan alat-alat dari bambu. Di samping itu, beberapa bentuk kerajinan tangan seperti tenunan, anyaman dan barang tembikar mulai banyak dilakukan oleh penduduk. Hingga pada akhirnya terdapat gelombang terakhir migrasi manusia ke Pulau Timor yang memperkenalkan teknologi pembuatan peralatan dari besi dan perunggu (Depdikbud Propinsi Timor Timur, 1995).
Pengorganisasi produksi masyarakat di negeri ini sangat dipengaruhi oleh corak kondisi alam pulau Timor yang berbeda-beda. Topografi pulau ini terutama diliputi oleh suatu jajaran tanah pegunungan yang kasar, diselingi oleh lembah-lembah yang subur dan sumber-sumber mata air. Di sebelah utara, tanah pegunungan ini menjelujur sampai ke laut. (Pen: terdapat beberapa gunung yang relatif tinggi seperti Ramelau [atau ada pula yang menyebut gunung Tatamailau dengan ketinggian mencapai 2.963 meter], Kablaki, dan Matebian). Sedangkan di sebelah barat masih terdapat dataran pantai yang lebar; terdapat juga dataran rendah di bagian barat dan barat laut (John G. Taylor, 1998). Banyak masyarakat Timor Leste yang masih hidup dalam kondisi miskin karena medan yang sulit dan alamnya yang tidak subur. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia dan Portugal. Sebagian besar penduduk Timor Leste beragama Katolik
Posting Komentar